CHAPTER 2
Sinar matahari mencuat kedalam ruangan yang tak terlalu luas hingga membangunkan Melody dari alam mimpinya.
Melody mengucek matanya dengan tangan kecilnya dan bangun bermaksud
ingin memulai harinya. Tapi saat dia ingin turun ia mendengar suara
keributan dari bawah hingga terdengar juga barang yang pecah, ia takut
terjadi sesuatu. Dengan cepat ia menuruni satu persatu anak tangga. Tapi
saat baru saja turun dari anak tangga yang terakhir, ia melihat dari
balik tembok tepatnya di ruang tamu sang ibu dengan pipi yang telah
basah sedang di todong dengan pistol oleh lelaki kulit hitam dan besar,
lelaki itu juga tidak sendiri laki2 itu bersama 2 org yang sm dengannya.
"Kumohon beri waktu aku sebulan lagi untuk membayar hutang-hutangku
tuan, aku berjanji, kasihanilah anakku jika aku mati dia akan menjadi
sebatang kara.." Pinta ibu seraya bersujud didepan pria itu "tak ad
waktu lagi bagimu! Sudah berulang kali kau berkata seperti itu dan kau
tak pernah membayarnya! Soal anakmu, aku akan membawanya. Itu adalah
tebusan hutang2mu..! Jack, cari anaknya!" Kata pria yang menodong pistol
itu, seorang temannyapun segera pergi dan menggeledah rumah "a..
Kumohon jangan tuan.. Jangan, bunuh saja aku tapi jangan anakku tuan.."
Pinta ibu, tapi itu tak menghentikan niat org asing itu.
Melody yang menyadari kalau dirinyalah yang akan menjadi sasaran
berikutnyapun segera berlari masuk ke dalam kamarnya. Ia mengunci pintu
kamarnya dan lompat ke dalam tempat tidurnya. Ia meraih biolanya yang ad
di meja dan memeluknya "sst.. Ada org jahat yang sedang mencariku yuri"
bisiknya sendiri kepada biola kesayangannya itu, yuri memang adalah
nama yang di berikan melody kepada biola kesayangannya itu. "Anak
manis.. Keluarlah kau!" Terdengar suara serak parau dari luar, dengan
sontak melody semakin ketakutan ia sangat takut hingga ia mengumpat di
dlm lemari pakaiannya.
Terdengar pintu kamarnya didobrak oleh seseorang "anak manis,
keluarlah kau.." Suara parau itu kembali terdengar "aku akan mengajakmu
bermain di taman.." Tambah pria itu "ayo cepat keluar sebelum aku yang
memaksamu keluar!" Suara itu sekarang terdengar sudah tampak kesal,
melody yang ketakutan terus memeluk biola kesayangannya itu.
Pria berkulit hitam itupun mulai kehabisan kesabarannya ia mengobrak
abrik seluruh kamar melody mulai dari tempat tidur, kamar mandi, dan
sudut-sudut ruangan yang mungkin akan menjadi tempat persembunyian
seorang anak kecil. Sampai, ia curiga kepada lemari kayu yang tertutup
rapih, dan salah satu tempat yang blm ia periksa, mungkin saja itu
tempat persembunyian anak bocah itu. Dengan perlahan lelaki itu
mendekati lemari itu "anak manis, keluarlah sayang! Aku tak akan
melakukan apapun kepadamu. Ayo kita bermain.." Rayu pria itu dng suara
lembut. Ia semakin dekat, dekat, dan pada akhirnya membuka lemari itu
"dapat!" Seru pria itu mendapatkan melody. Melody berusaha memberontak
"aaa.. Aku tidak mau.. Turunkan aku.. Aaa.." Triak melody sekencang
mungkin di dlm gendongan pria hitam itu tapi ia masih memegang biolanya,
melody di gendong di pundaknya. "Aaa.."
++++
Triakan nyaring melody rupanya terdengar sampai bawah dan telinga
ibunya, yang sekarang telah diikat tangannya oleh pria yang satu lagi .
"Derek, kumohon jangan sakiti anakku derek.. Bunuh saja aku tapi jangan
anakku.." Pinta ibu ketika mendengar jeritan anaknya itu. pria berkulit
hitam itu tetap diam menunggu anak kecil yang sedari tadi temannya cari.
Akhirnya temannya itu membawa melody kehadapan pria yang menodong ibu.
Melody di turunkan oleh pria itu, ia segera berlari ke ibunya "mom, ada
apa ini mom? Siapa mereka?" Tanya polos melody memeluk leher ibunya
"tenanglah sayang, mereka hanya sedang bermain drama dengan ibu dan kau.
Seperti drama yang kita tonton saat di pasar malam, kau ingatkan..?
Lalu ibu pinta saat kau merasa takut melihat drama ini, kau harus cepat
lari yang kencang menuju taman dan jangan lihat kebelakang okay.. Dan
jangan lupa bawa biolamu ini " Kata ibu berbisik berusaha menenangkan
rasa ktakutan sang anak yang menangis. Melody mengangguk tanda mengerti,
ibunyapun mengusap mata sayu melody "sudah jangan menangis sayang..
Berjanjilah kepada mom jika kau merasa takut kau harus melakukan apa
yang mom katakan barusan, nanti mom akan menjemputmu di taman! Dan
ingatlah, kau harus tetap percaya dan ingat bahwa dimanapun kamu berada
pasti mom akan selalu bersamamu, menemani setiap langkahmu nak.."
Nasehat mom "ya mom, aku berjanji dan aku akan ingat itu.." Balas melody
mengerti.
"Sudahlah.. Jack, pisahkan mereka berdua. Aku bosan melihat haru
biru seperti ini.. Cepat!" Printah pria yang sedang menodong pistol itu,
dengan segera melody di jauhkan dari ibunya dan kali ini melody tidak
di gendong melainkan hanya di pegangi dengan kencang "rose, sudah
siapkah kau?" Kata pria itu, melody melihat ibunya yang hanya pasrah.
Melody terus memberontak di cengkraman pria hitam ini.
'DOR'
Lelaki itu menekan peletuk pistol itu, membuat ibu terkujur lemah tak berdaya.
"MOM..." Triak melody berusaha untuk lepas dari genggaman pria itu.
"Lari sayang!" Triak ibu dng sisa sura yang ia miliki, mata biru melody
mesih terbuka lebar melihat ibunya berlumuran darah "cepat lari!"
Printah mom sekali lagi. Dng cepat melody menggigit lengan pria itu dan
segera lari dari rumah itu, tanpa melihat kebelakang lagi seraya trs
menggenggam biolanya.
Air matanya terus mengucur, tapi ia terus berlari hingga akhirnya ia
sampai di taman, yang lumayan jauh dari rumahnya. Ia menangis di sana
tak mengerti apa yang terjadi. Ia duduk di bangku taman dekat air
mancur. Ia menunggu ibunya, yang berjanji akan menjemputnya disini.
Sorepun menjelang. Tapi ibunya tetap saja tidak menjemputnya disini.
Hati melody sangat bimbang. Sebenarnya kemana ibunya? Apa ia lupa kalau
ia hrs menjemputnya? Dengan sabar dan setia melody menunggu ibunya
walau hingga malam menjelang. Perutnya sangat lapat, tiada org lagi di
taman ini. Melody makin ketakutan karena taman ini sangat sepi dan
lumayan gelap. Melody berbaring di bangku taman. "Hay nak.. Sedang apa
kau disini sendirian?" Sebuah suarapun terdengar...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar