birth

More Info:: http://fantasticstory-fantastic.blogspot.com/2011/11/bagaimana-cara-membuat-icon-burung.html

Rabu, 16 Mei 2012

I'm Sorry #part2

@Night

Awalnya aku tak yakin untuk datang, tapi, aku harus datang. Aku tak mau penyesalan datang lagi di benakku. Walau mungkin hatiku akan kembali sakit tapi aku harus bisa, aku yakin inilah kebahagiaan untuk Caitlin. Ya aku harus bisa..


++++

Rumah minimalis yang lumayan besar ini adalah tempat acara pertunangan Caitlin dengan Louis.
Ini bukan rumah Caitlin, tapi rumah Louis. Dari luar tampaknya rumah ini begitu ramai. Ku masuk ke dalam, dan benar saja, dari luar sudah tampak ramai apalagi dalamnya, begitu gaduh dan bising. Banyak tamu-tamu yang berpakaian formal berlalu lalang.

Aku berusaha mencoba mencari teman-teman semasa SMA, mungkin saja mereka di undang oleh caitlin. Tak lama, terlihat segerombolan pria maskulin di dekat kolam renang. Di antaranya terlihat wajah yang tak asing di mataku, yaitu Ryan, Chaz, Grey, Avan, Zayn, Harry, Liam, Niall, dan cody. Ku hampiri mereka.

"Hay bro.."
Sapaku ketika menghampiri mereka.

"Hay bro..." Mereka membalasnya dengan bersamaan hingga menimbulkan kebisingan suara bass laki2 sesaat didekat kolam renang. Aku menyalami mereka satu-satu dengan ala pria.

"Kau datang.. Aku kira kau tak akan datang.." Ucap Avan

"Aku sudah diundang, jadi tak sopan bukan jika sudah di undang tapi tidak datang.. hha" jawabku santai

"oh ya.. Anyway.. Kemana Jasmine? Kau masih berpacaran dengan Jasmine kan?" Sambung Zayn

"aa'm.. Tidak, aku sudah putus dengannya.."

Ada nada yang tak ingin ku dengar yaitu 'owww...' dari teman-temanku. Mereka tampak seperti mengejekku..

"Berapa lama kalian pacaran?" tanya Ryan

"sekitar Satu tahun.."

Obrolanpun semakin menjalur soal hubunganku dengan Jasmine dulu dan aku menjawabnya dengan hati-hati, ku berusaha menjelaskan tanpa membuka yang sebenarnya terjadi.

Sejurus saat kami tengah mengobrol, pasangan yang akan bertunanganpun menghampiri kami dan menyapa. Pandanganku saat itu juga terpusat ke arah Caitlin, malam ini ia begitu cantik dengan gaun mewah nan simple, ia tampak dengan setianya mendampingi louis, tangannya selalu tergandeng di tangan louis, tak pernah sekalipun terlepas seperti direkatkan oleh Lem Powerblue..

"Hay Guys.." Sapa pasangan itu..
Caitlin tampak melirikku sebentar, aku tersentak karena dia sedikit tersenyum kepadaku, namun tak lama pandangannya kembali ke arah kepada yang lain.

"Kalian begitu membuat kami merasa Surprise atas pertunangan kalian.. " Ucap Niall

Ya begitu surprise, Sampai-sampai membuatku sempat jantungan.. Ya, kalian berhasil membuatku jantungan Caitlin, Louis..

"Hehe.. Bukankah kalian tahu jika kami berdua berpacaran sudah sangat lama.. Jadi tak salah kan kalau kami bertunangan.. " jawab louis

"Ya.. Tapi kami tak akan pernah percaya jika kalian bisa sampai seperti ini.." lanjut Niall

"hha,,, Bukankah dunia ini memang penuh dengan kejutan?" timpal Caitlin

Tengah bercanda gurau, seorang wanita paruh baya menghampiri caitlin dan louis seraya berkata
"Acara inti akan segera dimulai nak.."

Merekapun pamit undur diri kepada kami dan pergi mengikuti wanita paruh baya itu.

Mic dari atas panggung tak jauh dari kolam renang mengumumkan bahwa acara inti akan dilakukan.Caitlin dan Louis naik ke atas seraya masih berpegangan. Acara tampak seperti acara pertunangan, yang diisi kata sambutan lebih awal lalu pasangan saling bertukar cincin, setelah bertukar cincin, mereka bercumbu. Saat terakhirlah yang membuat dadaku kembali sesak seperti dunia ini sudah kehabisan oksigen.

'Kenapa bukan aku saja yang ada di posisi Louis saat ini..? Kenapa aku begitu bodoh untuk menyadari jika Caitlin lah yang bisa memberiku cinta yang murni? Kenapa aku begitu Bodoh!?' Jeritku dalam hati.


Caitlin dan Louis turun panggung setelah mereka memberikan sepatah kata untuk tamu yang hadir. Aku memisahkan diri dari teman-temanku menuju kepinggiran yang lebih sepi.

Tak lama, aku melihat jika Caitlin dan Louis menghampiri kembali teman-teman. Mereka bercengkrama dan sesekali tertawa. Tampak dari tempatku jika Zayn sedang menjitak kepala Louis. Caitlin tertawa lepas dan tampak sangat bahagia, bahkan tampak lebih bahagia ketika ia bersamaku dulu..

Pandanganku terus tertuju dan terpusat pada Caitlin, hanya dia. Sejurus kemudian, Caitlin membalikan badannya ke arahku, tawanya lenyap seketika ketika melihatku yang tengah berdiri sendirian seraya membawa gelas berisi minuman berwarna hijau ditanganku. Ia berbisik sebentar kepada Louis, dan Louis juga melihat kearahku, sekejap kemudian Louis mengangguk dan tersenyum tipis.

Terlihat Caitlin ingin menghampiriku. Gaunnya yang panjang membuatnya terpaksa harus mengangkatnya sedikit.

""Hay.." Sapanya ketika mendekat ke arahku, aku membalasnya dengan senyuman.
"Long time not see ya?" ucapnya,

Aku tersenyum tipis lagi dan mendesah "Yeah,,"

"Anyway, Can we talk together? In there..?" katanya melirikan kepalanya ke pojok kolam renang. Aku mengangguk, dia berjalan duluan didepanku, aku mengikutinya.

Kami berdiri di pinggir kolam renang. Cukup lama kami saling diam, entah apa yang ingin dibicarakan. Tidak ada obrolan sama sekali.

"well, Apa yang ingin kau bicarakan?" Tanyaku
"Kemana saja kau?" balas tanyanya
"Maksudmu?"
"Kenapa kau tidak terlihat semenjak kelulusan?"
"Aku sibuk belakangan ini.."

"Anyway, congrats ya.. Maaf waktu itu aku melarikan diri" Caitlin menjulurkan tangannya
"What you mean? I not understend"
"Jasmine.. anyway, where is she? Aku tak melihatnya sejak aku melihatmu"
"cih.. Kami, sudah berakhir.." ucapku ketus seraya memasukan tangan ke saku celana. Caitlin menurunkan tangannya
"Ups.. Sorry. I dont know.."

Aku tersenyum tipis. Kembali terjadi kediaman diantara kami berdua.

"Kau tahu.. Yang seharusnya mengatakan selamat itu adalah aku.."

"hha.. yeah.."

"Kau juga harus tahu.. Perasaanku tercampur aduk ketika aku harus berkata selamat untukmu dan.. Louis"

"Justin..--"

"Begitu susah.. Bahkan begitu susah melebihi aku harus terbang ke langit.. I'm Broken.. Do you Hear me?" Entah apa yang merasukiku hingga dapat mengeluarkan isi hatiku. Aku tak menemukan control dalam diriku.

Caitlin hanya dapat diam membisu.. dia tersenyum sungging
"Aku memang tidak tahu semua itu Justin. Tapi, kau juga harus lebih tahu, jika perasaanku lebih hancur dari yang lebih kau rasakan saat ini, ketika kau menghianati cintaku Justin..!" ucapnya

Aku terdiam, pikiranku memutar balikan waktu dimana saat aku memutuskan untuk berpisah darinya. Di pantai, duduk bersama, berbicara dan dia pergi..

"Cait..--" lirihku

"Dan, hatiku tersayat seribukali lipatt seperti dicincang-cincang saat melihat mu ditaman bersama Jasmine.. Itu lebih sakit just, lebih sakit dari sekarang yang kau alami.." sambung caitlin dengan begitu berkobar, dan ia tampak menahan tangisnya.

Aku mendekatinya selangkah demi selangkah dan membawanya dalam peluanku,
"Aku minta maaf membuatmu seperti ini.. Maafkan aku.." Ucapku, Caitlin memberontak didalam dekapanku namun aku terus mendekapnya. Tapi tak lama tubuhku ditarik hingga menjauhi tubuh caitlin

"JERK!" triak seseorang, sebuah hantaman keras berhasil menghantam wajahku, dan sebuah tendangan lutut mengenai perutku. Tubuhku tergeletak di lantai yang dingin dan semuanya menjadi gelap seketika.

Caitlin Pov

"JERK!" Teriak Louis, ia menghantam keras wajah Justin dan memukul perut Justin. Aku hanya bisa berteriak, justin sudah tergeletak di lantai. Louis ingin melanjutkan hantamannya, namun aku berusaha untuk menghentikannya

"Stop Lou.." teriakku seraya memegangi tangan Louis yang mengepal, ia masih terbakar rupanya.
"Sudah.." ucapku mengglayuti tangannya

"Kau tak apa? kau tak disakiti olehnya kn?" tanyanya dengan perhatian seraya membelai pipiku
"Tidak Lou,, Ta..tapi.. bawa Justin masuk.. Tampaknya ia pingsan.." Ucapku

Louis segera memanggil beberapa pesuruh untuk menggotong Justin ke dalam..

Bersambung..

Im Sorry #part 1

Rasanya ragaku masih tak bisa meninggalkan tempat ini, walau sudah kurang lebih 1 jam aku menapaki setapak demi setapak tanpa dialaskan apapun di atas pasir putih dengan deraian ombak yang selalu membanjiri kakiku setiap kali ombak datang ke tepian.

Memandangi tempat ini, seakan mengingatkanku kepada kejadian 2 tahun yang lalu. Kejadian dimana saat ku masih bersama seseorang yang dulu pernah mengisi lerung hatiku. Seorang Gadis yang kini cintanya tak akan pernah mungkin bisa aku raih lagi.

Dulu aku pernah menyakiti gadis itu dan begitupun sebaliknya, ia pernah menyakitiku. Aku sadar tindakan Kami berdua seperti anak kecil yang saling membalas satu sama lain. Tapi kini aku menyesal karena pada akhirnya hubungan ini tak dapat dipertahankan. Penyesalan memtang terukir pada saat kita merasakan suatu kenyataan yang ada diluar perhitungan kita.



Memori otakku kini seakan memutar balikan waktu.
Aku masih ingat bagaiman waktu saat pertama kali ia menunjukan lekukan senyuman yang terukir di bibir manisnya, waktu ia tertawa renyah ketika aku berusaha membuatnya bahagia, bahkan hingga waktu ia menangis karena perbuatanku yang membuat hatinya tergores perih hingga akhirnya teluka dalam. Sungguh itu masih ada di dalam memori otakku. Percayalah, Rasa itu, kini telah kembali.


~Flashback To 2th years old ago


Saat itu, Aku dan Caitlin, duduk bersebelahan di tepi pantai berpasir putih. Memandangi matahari senja berwarna jingga yang akan terbenam di ujung barat sana. Nyiur angin dan terjangan ombak yang menggulung-gulung menjadi pencair suasana diantara kediaman kami berdua.

Entah apa yang harus aku katakan kepadanya saat itu, aku benar-benar tak tahu.
Hingga...

"Cait.."
Ucapku mencairkan suasana yang penuh kediaman. Caitlin pun membalasnya dengan bergumam dan menoleh kearahku

"Aku senang berhubungan denganmu, tapi, tampaknya hubungan ini selalu berujung pada kecemburuan." ucapku sedikit ragu

"Maksudmu?"

"Maaf.. Kita Putus.. " jawabku pelan.

"Why?"
Lirihnya. Terlihat air mata Caitlin kini telah mengembang di ujung tombak kelopak mata

"Because i found someone else.." Ucapku berbisik

"you're just gonna break up with me because you found someone else Justin?! Kenapa kau setega ini!Lanjutnya seraya meninggikan suara di kata-kata teerakhir.

"I'm sorry. I dont feel sparks anymore! I have to move on.."

Ia memalingkan wajahnya, lalu bediri dengan cepat.

"Okay.. okay.. i don't event love you anymore! You jerk Anyway!"

Pekiknya penuh dengan kemarahan emosional tingkat tinggi, namun setets air mata turun dengan indahnya ke pipinya yang mulus. Entah air mata apa itu.. Aku tak dapat mengartikannya karena aku benar-benar tak paham. Sejurus kemudian ia berlari pergi

Aku yang masih terduduk di tempat awal hanya dapat tercengang. Aku tak tahu peasaan apa yang telah memasukiku saat ini. Aku merasa Jahat namun juga lega karena telah menyampaikannya.

Setelah lepas dari Caitlin kisah cintaku berlanjut dengan Jasmine. Seorang gadis yang telah membuatku berpaling dari Caitlin.

~1st Years Ago

Caitlin Pov

Rasa sesak didada muncul lagi ketika penyesalan itu datang kembali. Sudah satu tahun aku lepas dari Justin, namun entah mengapa aku Belum bisa beranjak untuk Move on..

Hingga pada akhirnya, suatu kejadian telah membuka mataku bila aku harus melupakan Justin. Hatiku begitu tercabik ketika melihat kejadian itu. Sunngguh inilah motivasiku untuk melupakan laki-laki yang telah membuatku menderita..


Saat itu, Saat aku tengah berjalan santai di taman kota. Aku melihat Justin bersama seorang wanita yang sangat tidak asing bagiku, Jasmine.Ia dulu adalah teman baikku semasa sekolah, dia yang dulu juga sangat mendukung hubunganku dengan Justin.

Mereka berdua tampak sangat mesara dengan jasmine yang menyandarkan tubuhnya didada Justin yang tengah bersandar dibelakangnya. Mereka tampak bahagia, Justin tampak berbicara sesuatu terhadap Jasmine hingga wajahnya tampak begitu merona dan berkaca-kaca.

Tak lama kemudian Justin mengeluarkan sebuah kalung dari sakunya dan Jasmine tampak begitu bahagia. Justin memasangkan kalung itu di leher Jasmine. Mereka saling menatap. Bibir mereka saling menyatu. Tampaknya mereka seperti benar-benar gila cinta

Sungguh hal menjijikan yang kulihat ini sangat membuat hatiku tergores. Ku mundur perlahan untuk berencana pergi, namun sebelum satu langkah aku ingin pergi, tanpa sengaja aku menabrak sebuah patung kecil hingga jatuh, bunyi patung yang jatuh itu membuat taman sedikit gaduh. Aku melihat Justin dan Jasmine melihat kearahku yang begitu konyol.

Jasmine tampak ingin menghampiriku, namun aku mundur perlahan dari tempatku seraya terus menahan air mata dan segera lari sekuat tenaga pergi dari taman terkutuk ini. Aku berlari sampai rumah dengan berlinangan air mata tanpa memperdulikan semua orang yang melihatnya.

Sampai dirumah, aku masih tetap berlari menuju kekamar. Ku banting pintu, dan menjatuhkan tubuhku kekasur dengan bebas. Sungguh rasanya sakit, rasa sakit ini lebih sakit ketika justin memutuskanku 1 tahun yang lalu.

Tak beberapa lama, pintu kamarku diketuk oleh seseorang

"Jangan ganggu aku.. hiks,,hiks,," Pekikiku kepada orang yang ada dibalik pinntu

Namun orang itu malah masuk kedalam kamarku.. Ternyata itu mom

"Hay Dear.. Whatt Happend with you?" katanya.

"Nothing mom.." Dustaku

"Kau bisa cerita denganku sayang.. Apakah ini masalah... Justin?" kata mom sedikit ragu untuk berkata Justin, ia begitu tahu bagaimana pikiranku.

"yeah mom.. I feel so stupid letting him go like that,,! I'm Stupid mom.. I say i even love him anymore. But, now? I'm feel loss.." jawabku seraya menangis lagi. Aku membenamkan wajahku ke bantal..

"Ooh.. comeon dear.. it's been a year since you've seen him" jawab mom yang masih berdiri di depan pintu 

"No mom.. Aku baru melihatnya tadi saat ditaman, dan kini ia bersama Jasmine.. Ia telah menemukan penggantiku mom.."

"Ooh.. okay now.. You just must Forget about Justin..! and move on with your life honay!"

"I can't mom.. i'm really love him! i geve him anymore!" pekikku

Mom hanya bisa diam. Ia berusaha menenangkanku,

"Mom.. Kumohon, aku hanya ingin sendiri, menenangkan diriku.. jadi bisakah kau keluar sekarang dari kamarku?" ucapku

Mompun mengerti dan ia keluar dari tempatku. Aku kembali menangis dan membenamkan wajahku ke bantal. Begitu sesak, begitu perih. Aku tak bisa berpikir dengan jernih. pikiranku kacau, rasanya diriku ini tengah ditimpa batako seberat 1000 kg.


Sempat berfikir untuk aku mati saja. Ku lirik sebotol obat tidur yang berdosis lumayan tinggi. Ku ambil obat itu dan membuka tutup botol tersebut. mengeluarkan banyak pil


Ku lirik lagi meja tempat tidurku yang terdapat banyak foto. Fotoku bersama keluarga, bersama teman, dan.... Bersama Justin. Aku tak tahu apakah aku setega ini meninggalkan mereka. Meninggalkan orang yang kucinta. Bagaimana dengan orangtuaku dan teman-temanku? Aku melakukan ini hanya karena satu orang, namun akan membuat luka kehilang bagi banyak orang.

Ku lempar pil-pil itu dan botol obatt tidur itu jauh-jauh. Ku kembali terisak dibalik bantal.




Di samping tempat tidurku, terdapat sebuah buku. Diary..
Aku berusaha untuk menulis apa yang aku rasakan. Menuangkan segalanya di atas kertas putih

  Do you know what i think hurts the most? The feeling of being replaced. It's like no matter what you did , it wasn't enough. And no matter what you do to try and capture their heart again, it doesn't seem to work. And you suddenly left thinking that you'll never be enough. and sudden sadness captures your heart that never really leaves. Sometimes the things hold you together and that tear you apart, are the same things. I loved him. deeply. I though he was the one i though we'd spend our live together, forever. But he hurt me, a lot. and after i realized he moved on.. there was to much emotion and pain inside of me. And the only way to get rid of the pain, was to die. Hoping he'll realized that i died, because i was in love with him. But sadly, he wasn't in love with me. So who am i to say, that he still need me?


4 bulan kemudian

Kini ku berhasil menemukan pengganti Justin, ia adalah Louis Tomlinson #aahSuamiAkuDiRebut. Ia berhasil membuatku untuk Move on. Dirinya juga lebih baik dari Justin. Ia mampu membuatku selalu tertawa, bukan membuatku selalu menangis. Kini, kehidupan cintaku dimulai dari awal lagi.

Justin Pov

Ternyata keputusanku untuk meninggalkannya dan berpaling dari Jasmine itu salah. Ia tak sepenuhnya mencintaiku..


Saat ini, Tubuhku rasanya ingin ambruk ketika melihat semua ini. Jadi dia telah menemukan kisah cinta barunya??

Kini aku tengah berdiri di sebrang rumahnya, dengan membawa setangkai bunga mawar kesukaannya dan berniat ingin meminta maaf dan mengajaknya untuk kembali bersamaku.  Namun, tampaknya ia sudah bahagia dengan orang lain.

Ia tengah bercanda gurau seraya bermain semprot-semprotan dengan selang air bersama pria lain, seraya sesekali bercumbu dan berpelukan. Ia tak pernah seperti itu saat masih berhubungan denganku. Ternyata ia sudah berbeda. Kini aku hanya bisa memandanginya dari jarak jauh.. Jadi beginikah rasanya?

Hay, kenapa aku bisa berpikir seperti ini? kenapa aku menjadi seperti cemburu?
Sudahlah, dia sudah bahagia dengan orang lain..

Ku tinggalkan tempat ini dan menjatuhkan bunga mawar yg kubawa dan pergi pulang

Flashback off..

Sudah, Begitu sakit jika ingatan itu di korek lebih dalam..

Sore tampak akan menjelang.  Aku berdiri tepat di atas batu karang yang lumayan terjal, Angin bertiup sepoi-sepoi menghantap tubuhku dengan kerasnya. Bunyi burung khas pantai juga terus terdengar. Terdengar dari belakang seseorang memanggilku. Ku berbalik dan ternyata itu adalah selena, ia berdiri tegak di belakangku, menungguku. Ia menghampiriku,

"Masa lalu, adalah hal yang indah. Tapi, masa dimana kamu berdiri saat ini akan lebih indah dari masa lalu Just.." Ucapnya yang seakan tahu betul bagaimana isi perasaanku.

"cih.. Kau tak tahu apa-apa tentang masa laluku sel,," ucapku acuh dengan senyum kecut

"Tidak, aku tahu just.. Aku tahu! Apakah kau tak sadar akan kehadiranku selama ini? Jadi, ku mohon Lupakan Caitlin just,," perkataan selena membuatku tersentak, aku tak tahu harus berkata apa, aku hanya bisa diam..

" Kau tak tahu aku selalu memandangmu dari kejauhan. Ketika kau masih berhubungan dengan Caitlin sampai kau berhubungan dengan Jasmine! Aku ada disana Just! a... a... I love you Just.."

Semakin jauh selena berbicara semakin tersentaknya diriku. Apa-apaan anak ini, berkata seakan ia tak pernah sadar siapa sebenarnya dirinya..!

Aku berjalan kedepan, melewatinya dengan acuh dan tak sedikitpun meliriknya..

"Mau kemana?!" triak selena saat aku tak jauh dari dirinya

"Pulang!" jawabku tanpa berbalik lagi ke arahnya. Aku begitu tak peduli dengannya, aku tak peduli!

1 hari kemudian
Home Justin

Pagi ini. Seperti biasa setelah mandi dan sarapan aku akan pergi berolahraga disekitar taman. Tapi, sebelum berjalan keluar rumah, aku melihat kotak posku terisi oleh beberapa surat. Ya tuhan, sudah berapa lama aku tidak melihat kotak surat??

Surat yang pertama kali kulihat membuat aku tercengang hebat. Rasanya tulang yang ada di tubuhku ini sudah rapuh hingga tak bisa menopang tubuhku lagi.

Surat itu berisi:::

                          UNDANGAN PERTUNANGAN CAITLIN BEADLES DAN LOUIS TOMLINSON

#AuthorIkutanNyesekKyaNtin -,-..

Acara itu akan di adakan malam ini.




BERSAMBUNG..

Rabu, 21 Maret 2012

You always be mine #part4

Justin Pov

   
     "Kapan kau akan pergi?" Kataku yang kini tengah duduk di pinggiran danau sekolah yang tak jauh dari lantai dansa Outdoor bersama Selena

   "Aku akan berangkat tanggal 26.."  jawab selena memandang lurus kedepan seraya melemparkan batu yang ada di tangannya ke arah danau

     "That would be..--"
       "Sunday."
    "Are you really serious to go? you bear to leave me alone?"
        "Im sorry. But yeah im so very serious to go.. This is the best for me.." 
   
       "Jadi, inikah yang kau inginkan selama ini?"

    "Yeah inilah yang aku inginkan sejak dulu kak. Menghabiskan hidupku yang singkat ini bersama para sesama pemilik hidup yang singkat" jawab selena melihat kearahku, aku menengokan wajahku. 

       "Cih.. Kau tahu. Kau ini terlalu bodoh untuk menentukan sebuah keinginan.." Celaku 

  "Apa maksudmu..?"
 
   "Ayolah Sel, disini masih banyak rumah kanker yang bagus untuk kau singgahi. Tak perlu kau harus pergi ke Italia hanya demi lari dari sebuah kenyataan.." Kataku.

Selena menunduk dan ia terkekeh kecil hingga pada akhirnya ia kembali menatap lurus ke arah danau yg memantulkan cahaya bulan dan cahaya lampu penerangan..


       "Aku hanya tak ingin terlalu merepotkan semua orang kak.. Terutama Mom, dad, kakak, Jazzy dan juga Jaxson. Kakak ingat, setiap penyakitku ini kambuh semua orang yang ada dirumah selalu dibuat panik olehku. Mereka selalu direpotkan karena aku yang harus terus bolak balik ke rumah sakit" 

     "Itulah fungsinya kau tinggal ditengah sebuah keluarga!"
   "Tapi dirumah kanker aku bisa mendapatkan penanganan lebih! dan selain itu aku juga bisa saling bersosialisasi bersama sesama pengidam kanker darah kak"
       
Aku hanya dapat terdiam. mempererat kepalan tanganku sampai-sampai berkeringat. Percuma aku terus menerus membujuknya agar tidak pergi, dia orang yang terlalu keras kepala untuk dibujuk. 

           "Okay.. jika keputusanmu sudah sangat bulat untuk pergi. Aku tak dapat menghalangimu lagi. Tapi, kau boleh pergi jika dengan dua syarat..." 

     "Apa itu?"

  "Yang pertama kau harus berjanji, dengan kau ada di rumah kanker nanti keadaanmu harus lebih membaik dari keadaanmu saat ini, dan yang kedua, kau harus tetap menghubungiku setiap harinya, memberitahuku bagaimana perkembanganmu selama disana..okay?" kataku seraya mengacungkan jari kelingkingku ke arah selena



      "Yeah.. Okay. Im promise..
selena menyatukan kelingkingnya ke kelingkingku


         "awas saja kau ingkari janjimu.. Aku akan menyuruhmu untuk segera kembali ke California saat itu juga.."
       "Ya.. hehe.. Terima kasih kau telah menjadi kakak yang baik untukku.. I love you" 
Selena memelukku sangat erat, dan tak lama setetes air membasahi pundakku. Aku membalas pelukan hangat dari salah satu adik tersayangku ini. 
          "Yeah.. Love you too.."


+++


         Aku dan selena kembali ke dalam, kembali membaur bersama teman-teman kami masing-masing. 
            Kami tak ingin terlalu lama ada diluar, karena selain angin malam tak cocok bagi selena, kami juga tak ingin ada yang salah paham karena melihat kami berdua tengah berduaan di tengah danau. Karena jujur saja selama ini satu sekolah kecuali para dewan guru tak ada yang tahu jika kami ini adalah saudara. 
         
----
       Aku berkeliling ke sekitar sekolah yang sepi ini. Berjalan-jalan entah ingin kemana tujuannya, hingga pada akhirnya aku melihat cahaya dari sebuah ruangan. Kenapa ruangan itu tak dimatikan lampunya? 
       Ku dekati ruangan itu, semakin dekat pada ruangan terdengar lantunan piano dan senandung suara indah yang tengah menyanyikan lagu 'You Can dari David Archuleta' . Semakin dekat aku dng ruangan itu semakin aku mengenal suara itu. Dari kaca terlihat seorang gadis berambut coklat dan bergaun pink sedang bermain piano di sana. Tunggu, apakah itu gadis yang kemarin? sepertinya iya.. 


       "Hay.." Sapaku ketika masuk ke dalam ruangan. Permainan pianonya dan suaranya berhenti 


"Kenapa berhenti? Lanjutkan saja.. Aku suka." Kataku seraya berjalan mendekati gadis yang masih belum jelas rupanya itu. 



~Laura Pov


        Astaga.. 
Suara itu, jangan bilang kalau....
Dengan perlahan ku beranikan diriku menoleh ke arah belakang. Terlihat sepasang sepatu supra berwarna abu-abu, lalu sedikit mendongak keatas terlihat celana bahan dan setelan jas modis dengan warna yang serasi dan.... 


    Astaga!!
Dengan segera ku kembalikan wajahku. 
 
      "Hay.. Kau tak dengar aku? Kenapa berhenti..? Lanjutkan saja.. Aku suka suaramu. Oh ya, anyway kau yang kemarin latihan bernyanyi disini juga kan?" Tanya Justin yang sepertinya berjalan semakin dekat ke arahku.

      Jantungku berdegub kencang. Astaga.. Astaga..astaga.. bagaimana ini? Aku belum siap untuk.. untuk.. arggh bagaimana ini. Ayo laura, berfikir.. 

           "Hay..? Aku bertanya kepadamu kenapa kau tak menjawabnya?" Tangan justin memegang bahuku yang terbuka dan tak menggunakan sehelai benangpun 

         "Aam.. Maaf aku harus pergi" kataku dengan suara yang dibuat-buat agar justin tak curiga dan segera berjalan meloloskan diri, namun saat itu juga tanganku di tarik oleh Justin hingga membuatku jatuh ke dalam dekapannya. 

          Pandangan mata kami saling bertemu, melekat satu sama lain. Jantungku yang sedari tadi berdegup kencang malah bertambah kencang. Oh shit!



~Justin pov


Deg!

Matanya.. Mata biru nan indah, mengingatkanku pada mata.... mata.. 'seseorang'
           "Matamu indah.." Pujiku. Kata-kata itu keluar dengan sendirinya, entah kenapa kata-kata itu bisa keluar dari mulutku


~ Author pov

Deg!

Tubuh Laura sudah tak sanggup menopang jantungnya yang sudah berdegub seperti bom yang ingin meledak! 


Dengan segera Laura stabilkan tubuhnya hingga berdiri tegap dengan sempurna. 
     "Maaf aku harus pergi" 
Secepat kilat Laura lari keluar ruangan musik itu, hingga tanpa sadar kalung yang berinisialkan huruf depan namanya terjatuh saat ia berlari.


        "Hay Tunggu!" cegah Justin namun sayangnya lari Laura lebih cepat. 
Justin melangkah beberapa langkah namun tanpa sengaja ia merasakan menginjak sesuatu, ia melihat ke balik sepatunya ternyata disana terdapat kalung berinisial 'L' ia mengambil kalung itu 


       "Kalung? 'L'.. Siapa gadis itu sebenarnya?" 
Gumam Justin

 

Minggu, 18 Maret 2012

You always be mine #part3

Still Laura Pov..

    Terlihat dari kejauhan Justin melirik ke arah kami, tapi sedetik kemudian pandangannya kembali kepada para gadis-gadis yang mengerubuninya, ia tersenyum kepada gadis-gadis itu, gerakan bibir dan bahasa tubuhnya seperti sedang memohon undur diri dari hadapan para gadis-gadis itu dan hasilnya benar saja, Justin tengah berjalan ke arah kami.

           "Hay whats up bro.." Kata Justin kepada Harry ketika ia sudah dihadapan harry, mereka melakukan salaman antar laki-laki.
             "Hay Caroline.. Nice to meet you" Sapa Justin seraya bersalaman dng Caroline
           "Hay Just.. Nice to meet you too" balas sapa Caroline

       Justin melirik kearahku, matanya yang indah tetap saja terlihat indah walau wajahnya ditutupi oleh topeng. Ia tersenyum dan aku membalasnya. Ia mengulurkan tangannya seraya berkata 'Hai' dan aku menyambut tangannya dengan senang hati. Jujur hatiku sangat senang ketika mendapatkan uluran tangan darinya. Rasanya jantungku berdegub begitu cepat hingga darah ditubuhku ini mengalir begitu cepat ke kepalaku.

           Justin berbisik kepada harry tapi aku tak bisa mendengarnya karena selain suara mereka begitu kecil, disini juga begitu bising akibat Sound Music nya yang bigitu kencang. Tapi aku dapat melihat harry tersenyum menyambut bisikan Justin, ia melirik Caroline sejenak lalu melirikku dng tatapan yang tak bisa aku artikan. Lalu ia mendekatkan mulutnya ke telinga Justin membisikan percakapan yang membuat aku penasaran..

        Percakapan santai terjadi antara Justin, Harry dan Caroline. Aku tak ikut dalam percakapan mereka, aku hanya dapat memilih untuk diam dan sesekali tersenyum tipis mendengar percakapan antara mereka.

           "Am.. Sepertinya aku harus pergi kesana.." Kata Justin di pertengahan Percakapan
         "OOh ya.. Never Mind.." ucap harry
              "Okay.. Bye Guys
        Justin pergi, menghilang diantara para kerumunan tamu yang hadir. Aku hanya dapat melihatnya sampai mata ini tak bisa melihatnya.

-----
            

     Kini acara ini sudah pada sesi pertengahan yaitu sesi dansa. Sesi acara yang ditunggu oleh Harry dan Caroline.
        Mungkin bagi seorang yang memiliki seorang pasangan ini adalah sesi acara yang sangat ditunggu-tunggu, tapi bagi seseorang Jomblovers sepertiku ini adalah sesi yang begitu membosankan dan begitu membuat hati iri. Huh, Kenapa sesi ini selalu ada setiap diacara Prom Nigtht?

      Ku lihat ke luar kaca jendela besar di sisi sebelah kiri ruangan ini. Gemerlap lampu remang-remang lantai dansa Outdoor terlihat dari sini. Beberapa pasangan sedang berdansa disana.

     Tapi hal yang mengejutkan terlihat ketika aku memusatkan pandanganku pada seorang pasangan yang diwajahnya sudah tidak menggunakan topeng. Darahku mendesir hebat, hatiku terasa sakit, air mataku mengembang.

         Disana ada seorang pasangan yang membuat hatiku melebihi dari kata panas, pasangan itu adalah si Kapten Basket dan si Kapten Cheersleader alias Justin dan Selena. Mereka berdansa begitu mesra, Selena merangkulkan tangannya di leher Justin dan Justin memegang erat pinggang selena.

        Pandangan mereka saat itu sedang saling bertemu, tapi sejurus kemudian selena meletakan kepalanya pada bahu Justin. Rasanya gelas yang berisi sirup berwarna merah yang tengah ditanganku ini ingin aku pecahkan sebagai pelampiasannya. Kenapa Justin dengan selena? kenapa tidak denganku? Apakah mereka pacaran?
          Oh shit, ada apa denganku? memang aku siapanya Justin hingga aku bisa seperti ini? Sudahlah Laura, Justin itu adalah mimpimu yang tak bisa kamu gapai. Kamu bukanlah cewe yang populer dan kamu bukan siapa-siapa, jadi mana mungkin bisa kau memiliki Justin, cowo yang super populer disekolah.

      Aku mengalihkan pandanganku ke arah yang berlawanan. Aku tak sanggup melihatnya lagi.
   
---

     Hatiku sakit, ruangan yang berAC kini seperti tak berfungi karena aku merasa sangat panas. Aku memutuskan keluar dari ruangan aula ini. Berjalan menelusuri koridor tanpa tahu kemana tujuanku sebenarnya.
   
      Ditengah-tengah penelusuranku. Tiba-tiba kakiku mengantarkanku pada suatu ruangan, ruang musik. Ruangan ini lampunya masih menyala. ku buka engsel pintunya dan ternyata tak terkunci, ini suatu keberuntungan. Ku masuk keruangan itu dan duduk di bangku piano. Jari tengahku mengarah kepada not yang berbunyikan nada 'Mi'. Lalu akhirnya sepuluh jariku memegang semua not yang ada.

Take me where I've never been
Help me on my feet again
Show me that good things come
To those who wait

Tell me I'm not on my own
Tell me I won't be alone
Tell me what I'm feeling isn't some mistake
'Cause if anyone can make me fall in love, you can

Save me from myself, you can
And it's you and no one else
If I could wish upon tomorrow
Tonight would never end

If you asked me, I would follow
But for now I'll just pretend
'Cause if anyone can make me fall in love, you can

Baby, when you look at me
Tell me what do you see?
Are these the eyes of someone
You could love?

'Cause everything that brought me here
Well, not it all seems so clear
Baby, you're the one that I've been dreaming of
If anyone can make me fall in love, you can
[ From: http://www.elyrics.net/read/d/david-archuleta-lyrics/you-can-lyrics.html ]

Save me from myself, you can
And it's you and no one else
If I could wish upon tomorrow
Tonight would never end

If you asked me I would follow
But for now I'll just pretend
'Cause if anyone can make me fall in love

Only you can take me sailing in your deepest eyes
Bring me to my knees and make me cry
And no one's ever done this
Everything was just a lie and I know, yes, I know

This is where it all begins
So tell me it will never end
I can't fool myself
It's you and no one else

If I could wish upon tomorrow
Tonight would never end
If you asked me I would follow
But for now I'll just pretend
If anyone can make me fall in love, you can

Show me that good things come
To those who wait



                  

          


You always be mine #part2


Laura Pov

        "Laura!"
Sebuah suara yang sudah sangat bosan kudengar menyerukan namaku dari arah belakang. Ku balikan badanku, well, seperti yang kuduga itu adalah Caroline. Dia mempercepat langkahnya dan sejurus kemudian ia sudah ada di hadapanku.
            "Ada apa?"
Tanyaku yang saat itu sedang membawa buku yang lumayan banyak di tanganku.
         "Sore ini apa kau ada acara?"
Balas tanya Caroline.
                "Em.. aku rasa acaraku sore ini hanya ingin mengerjakan semua tugasku.."
           "Good.. come, ikut aku.."
Dengan wajah yang berseri-seri, secara tiba-tiba caroline menarik tanganku dan membawaku pergi
              "Hay kita mau kemana! Hay lepaskan aku...!"
Seruku. Namun Caroline tidak mengubrisnya, ia terus menarik tanganku tanpa memperdulikanku yang tengah terseok-seok seraya membawa buku banyak ditanganku. Kejam sekali dia, apa dia fikir aku peliharaannya? -,-"

---

         Aku heran kenapa Caroline membawaku kesini, apa dia tidak tahu aku paling malas kalau harus ke sebuah butik seperti ini? Apalagi ia selalu menyodorkan beberapa dress satin kepadaku untuk dicoba, itu membuatku harus bolak balik masuk ke ruang pass.
               "Coba ini!"
Perintahnya seraya menyodorkanku dua buah dress dengan model yang berbeda, yang satu model dress  dan yang satu lagi model Organza lace dan satu lagi model Cocktail Empire.
                   "Aku tidak mau..! Ayolah, dirumahku juga masih ada banyak dress"
              "Coba saja dulu.. Lagi pula Ibumu bilang aku harus membuatmu tampil cantik esok malam.."
                  "Apa ibuku? kenapa kau sangkut pautkan ini dengan ibuku?"

               "Aku sudah bilang kepada ibumu jika kau akan ikut Prom night esok. Lalu setelah itu ibumu langsung menyuruhku kerumahmu, dan memberikanku kartu ini.. Ibumu sungguh sangat baik.." jelas Caroline, aku tercengang ketika melihat kartu kredit mom ada ditangan caroline. Kenapa bisa seperti ini?
                   "Huh.. Dia baik tapi juga terkadang bodoh.."gumamku
                        "Ya sudah coba ini dan perlihatkan bagaimana tampilanmu.."
Caroline mendorongku masuk ke ruang pass, itu membuatku dengan terpaksa harus mengikuti printahnya -,-


       Kini aku keluar dengan tampilan Cocktail Empire. Seperti sebelum-sebelumnya Caroline hanya bisa melihatku dengan tatapan orang yang sedang menilai, ia memutarkan tubuhku dan sejurus kemudian dia menggelengkan kepalanya. Dia kembali menyuruhku untuk masuk kedalam runang pass untuk mencoba dress berikutnya


       Dan kini aku keluar dengan tampilan Organza lace. Ekspresi Caroline tetap sama yaitu menilai, ia memutar-mutar tubuhku dan sejurus kemudian dia tersenyum dan mengangguk. Itu membuat hatiku senang karena dapat pergi lebih cepat dari butik ini.

                                                                           +++


Keesokan harinya..
Malam disaat Prom night..

     Setelah kemarin lelah berbelanja dengan Caroline. Malam ini adalah hari pembalasannya. Hari ini aku akan berangkat ke acara prom night dengan Caroline. Awalnya aku sedikit tidak enak dengan Harry karena seharusnya dia yang bersama Caroline, tapi Harry sendiripun berkata tak apa.


           Dengan dandanan yang simpel, memberikan perhatian khusus untuk mempertebal dandanan pada bagian mata dan rambut yang digerai dan diikal bawah aku sudah siap untuk berangkat ke Prom malam ini.

        "Kau tampak cantik sayang.."
Puji Mom yang tengah ada di rangkulan dad saat aku tengah bercermin di ruang tengah
           "Thanks Mom.." sahutku tersenyum senang atas pujian mom..
        "Tak disangka Laura kecil kita telah dewasa.." Sambung dad
              "Tentu saja.. Apalagi kini ia sudah mempunyai seseorang yang disukai" ledek mom

       Seketika aku tersentak dan aku rasa wajahku juga sudah memerah
          "A..a..aku belum punya mom!" Tugkasku
      "Tak perlu dipungkiri sayang. Wajahmu begitu merah. Lagipula kau sudah Dewasa, usiamu sudah 17 tahun jadi wajar saja kau menyukai seseorang.."
     "Tapi aku tidak punya mom!"
       "haha.. Okay, Im just kidding dear.."

      Tak lama kemudian sebuah klakson mobil terdengar dari luar rumah. Akupun segera keluar dan didapati mobil Ferrari Merah.
        "Mom dad! aku pergi dulu!" teriakku.

   "Wow.. You Amazing Laura.. So very beautiful.." Puji Caroline ketika aku masuk ke mobilnya
       "Thanks.." Ucapku gembira

   "Tapi ada yang kurang.. Kau belum siap untuk tempur menaklukan para lelaki di prom nanti"
     "ham.. What you mean? and What that?"

           "you're not wearing a mask. Belum lengkap jika kau tak menggunakannya karena tema prom kali ini adalah pesta topeng.."
        "Am.. Baiklah aku ambil dulu.." Baru saja aku ingin keluar dari mobil tiba-tiba Caroline menghentikanku

            "Tak perlu. Aku membelikannya untukmu.." Caroline mengeluarkan sebuah Tas belanjaan dari jok belakang mobilnya. Ku lihat isinya dan ternyata itu adalah sebuah topeng.

         "Wow.. Terima kasih Carol.. ini sangat indah" Ucapku seraya memeluk Caroline
         

Ketikkan teks atau alamat situs web atau terjemahkan dokumen.
Batal

+++


        Musik kelasik sudah terdengar dari Luar pintu aula sekolah tempat akan diadakannya Prom. Pintu masuk terbuka, dan wow.. Ini membuat mataku takjub. Sebuah ruangan besar yang Multifungsi ini disulap seperti sebuah ruangan yang dipikirkan oleh Author.. #eh ngaur# seperti sebuah ruangan mewah nan megah yang ada di sebuah istana negeri dongeng

     "Hay.."
Sebuah suara bas terdengar dan sebuah tangan memegang bahuku dan Caroline dari arah belakang. Dengan sontak kami berdua menoleh.
       "Hay Dear.." Sapa Caroline
          "Hay Harry"
    "Bagaimana kau dapat mengenali kami?" tanya Caroline
        "Mudah saja sayang, dengan melihat postur tubuhmu yang seksi saja aku bisa tau kalau itu adalah kau.."

         "Huh pikiranmu ini -,-. Hay, apakah dia akan datang sesuai rencana?" Kata Caroline sedikit berbisik
       "Ya.. dia sudah datang. Dia ada di antara kerumunan wanita-wanita yang ada disana" Harry menunjuk kepada kerumunan gadis-gadis itu dan setelah dilihat-lihat diantara kerumunan gadis-gadis itu ada seorang laki-laki tinggi menggunakan setelan jas abu-abu yang sangat amat modis. Yaaa.. Siapa lagi, itu adalah Justin.. Huh, aku ingin kesana tapi aku malu untuk menghampirinya lebih dahulu.






            Ini topeng yg dipakai laura.. :D



Ini gaun yg dipakai oleh luara..

You always be Mine #part1

Mentari pagi mulai naik ke permukaan langit. Kicauan burung juga terdengar seperti menyambut datangnya pagi hari ini. Kilauan cahaya mentari menerobos masuk melalui celah gorden jendela ke dalam kamar yang begitu modis milik gadis berusia 17 tahun, Laura Morina Anguilera Avanger.

          Gumaman ala bangun tidur terdengar dari mulut Laura yang juga tengah merenggangkan tubuhnya.

           ”Laura! Bangun sayang! Kau sudah terlambat untuk ke sekolah!”
 Sebuah suara wanita yang tak asing bagi Laura pun terdengar begitu samar di telinga.

Dengan segera Laura melirik jam Weker yang ada di sebelah ranjangnya dan matanyapun membesar ketika mendapati jam wekernya sudah menunjukan pukul 07.15 Am.

          ”Oh My.. shit! Ternyata jam ini tak berguna!”
 gerutu Laura dengan kesalnya seraya lompat dari tempat tidurnya menuju ke kamar mandi.

                                                            xxxSKIPxxx

            Dengan langkah cepat gadis beraksen campuran latin dan Amerika ini menuruni satu persatu anak tangga.
            ”Kau tidak sarapan dulu sayang?” Tanya Wandy Avanger, ibu Laura.
            “Am.. Tidak terima kasih mom. Aku sudah sangat terlambat, bye mom!” Sahut Laura seraya pergi menuju mobil.

        ”Hay sayang.. Kau sudah siap?” sapa William, ayah Laura
        ”Hay dad.. tentu, aku sudah sangat terlambat”
        “Okay.. okay...”
Dengan cepat mobil Mersedz berwarna hitam melaju dengan kecepatan sedang keluar dari garasi rumah.

+++

         “Thanks dad..” Kata Laura ketika ia sampai didepan pintu gerbang Senior high school of California
         “Okay.. am ya. Mungkin aku tak bisa menjemputmu. Aku akan pulang lembur akhir-akhir ini.."
            "ooh.. okay"
          "semoga hari menyenangkan sayang ” Dad memberi senyuman kepada Laura lalu mengecup kening putrinya.
              "Yeah.. thanks dad. Bye"
Dengan gerak cepat laura turun dari mobil dan melangkah ke dalam sekolah.

----
                 "Laura!"

           Baru saja Laura melangkah di lorong sekolah, suara panggilan yang lumayan nyaring hinggap di telinga Laura dan dengan segera laura menoleh ke asal suara di belakangnya itu.
                  "Laura!" Seorang gadis beraksen Amerika kini sedang berlari mendekati Laura
                      "Hay Carol.. Ada apa?" Sambut Laura. Caroline, salah satu sahabat Laura. Carol sampai di hadapan Laura, ia menenggerkan lengannya dibahu Laura, napasnya begitu cepat hingga hembusan napasnya terdengar.
                  "Owh.. Laura.. Kemana saja kau? apakah kau tahu aku mencarimu sejak tadi!" omel Caroline
                        "Maafkan aku.. Aku baru saja datang. Memangnya ada apa?"
                  "Aah.. Ini.. kau baca.."
 Caroline menunjukan sebuah selembaran seperti poster. Laura melihatnya dan tanpa berkata apapun lagi ia langsung membaca poster itu, disitu tertera bahwa akan diadakannya Prom Night yang bertemakan pesta topeng .
                   "Apakah kau akan datang? itu akan diselenggarakan esok.."
                         "Hah esok? kenapa cepat sekali?
                    "Entahlah.. baru tadi panitia menyebarkan poster ini.. Apa kau akan ikut?"
                           "Amm.. aku rasa tidak. You know, Im single.." tolak Laura,
                   "single doesn't mean you can't go to prom right??" sahut Caroline lagi, kali ini mereka seraya berjalan menuju kelas

                          "Ya I know, But You Know, prom identik dengan pasangan kekasih.."
                    "Who says? Acara prom juga dapat menyatukan dua orang yang single untuk bersatu.."
                           "Yeaah but i'm still not want go to prom.. Aku tak tahu akan datang bersama siapa nanti ke acara ini.."
                     "with me?"
                           "Oh Caroline. Aku tak mungkin menghancurkan kesempatan acara Harry untuk mengajakmu kencan.."
                      "I believe he can Understand.."
                            "Okay.. I know he can understand. Tapi aku tahu kau pasti tidak dapat menahan kemesraan kalian yang membuat aku menjadi cemburu sebagai seorang single.."
                      "Come on Laura.. turuti kemauanku kali ini saja.. Ini acara yang sangat ditunggu-tunggu ketika menjelang kelulusan dan aku mau kau ada..please.." Caroine mulai memasang muka puppy face nya dan itu membuat hati Laura luluh ketika melihatnya
                            "Owh.. Okay.. aku akan ikut"
                        "Yey.. Thanks.. Kau memang sahabatku " dengan sepontan karena terlalu senang Caroline memeluk laura dengan erat
                              "Lepaskan aku Carol! uhuk kau bisa membuatku tak jadi untuk pergi ke prom nanti"
                          "owh.. jangan..!" 
                                    "haha im just kidding"              

           Tak lama Mr. Malfoy, salah seorang guru super membosankan di sekolah ini masuk untuk menyampaikan materi.

+++

           Jam istirahat yang dinantipun datang. Semua siswa berhamburan keluar dari kelas bagaikan ombak pasang.
          Sedangkan Laura dan Caroline, mereka sama seperti siswa lainnya yang berhamburan keluar dari kelas setelah melewati berjam-jam duduk manis untuk mendengarkan materi dari guru pengajar. Tujuan utama mereka pertama kalinya adalah kantin sekolah. Caicing-cacing yang ada didalam perut mereka sudah bersorak-sorai untuk diberi asupan.

----

           Sejauh mata memandang tak ada satupun tempat duduk yang kosong untuk Laura dan Caroline. Semua telah terisi oleh siswa-siswa lainnya.
               "Laura! Caroline!"
 Tiba-tiba dari arah kanan ada yang menyerukan nama mereka, dengan segera mereka menoleh kearah suara. Ternyata di pojok sana sudah ada Harry, kekasih caroline. Ia melambaikan tangannya seperti memberikan aba-aba untuk kesana. Tanpa basa basi mereka berdua segera meluncur ke tempat Harry.

            Ternyata setelah didekati harry tidak sendirian. Ia bersama Justin, cowo paling popular di sekolah ini. Pesonanya mampu memikat puluhan wanita di sekolah ini termaksud Laura. Laura menyukai Justin, karena selain tampan dan juga ia adalah Kapten basket di sekolah ini, Justin termaksud orang yang asik, ramah dan juga tipe idaman Laura .

            Seperti biasa jika caroline dan harry bertemu, pemandangan yang akan Laura dapati adalah ciuman mesra dari mereka berdua dan jujur itu membuat Laura merasa iri. Caroline duduk di sebelah Harry, sedangkan Laura bingung ingin duduk dimana. Tempat duduk yang satu-satunya kosong adalah di samping Justin. Tapi Laura canggung untuk duduk disitu, ia tahu pasti jika ia duduk di samping Justin ia akan menjadi salah tingkah.

                   "Sudah duduk saja.. Tak usah canggung seperti itu" Kata Justin Tiba-tiba.
        Dengan segera Laura menatap Justin dan mendapatkan jika Justin sedang memperhatikan dirinya. Tanpa berpikir panjang tapi masih malu-malu Laura segera duduk di sebelah Justin dan memakan makanannya.

Ditengah pembicaraan..
                 "Hay Just.. Prom kali ini kau akan datang bukan?" Kata Harry ketika sedang mengalihkan pembicaraan, harry mengalihkannya karena melihat Justin hanya diam saja sedari tadi.
                       "I dont know.. Maybe no"
                    " why? kau laki-laki yang paling dinanti kedatangannya.."
                        "Aku tak memiliki pasangan untuk kesana dan aku juga malas.."
                   "Ayolah.. Ambil saja salah satu gadis di sekolah ini. Aku yakin tak ada yang menolak ajakanmu"
                          "cih,, Gampang sekali kau bicara.. Pikirkan saja tim basket kita bodoh! kalau masalah seperti itu kau lihat saja nanti..!"

                     "Kalian ingin tanding bersama siapa lagi?" Laura kini buka suara sekian lama tak bersuara
                          "kita akan bertanding dengan tim Zayn.. Mereka musuh kami!" jawab Justin melirik kearah meja paling depan yang tengah dikerubungi oleh para lelaki yang sedang asik bercanda tawa. Laura, harry an Caroline juga melirik ke arah yg sama.
                       "Kapan kalian tanding?"
                            "dua hari sesudah Prom night.." jawab Harry
Laura hanya dapat melihat kearah zayn dan kawan-kawan yang tengah asik bercanda gurau. Dalam benaknya berkata, 'jadi dia adalah musuh Justin?'

+++

        Jam makan siang telah usai, seluruh siswa termaksud Laura, Caroline, harry, dan Justin berbondong-bondong masuk ke dalam kelas masing-masing.
        Seperti pertama bertemu, Caroline dan harru pasti meninggalkan cap bibir mereka di pipi masing-masing pasangan yang tengah dimabuk oleh cinta ini. Sedangkan Justin dan Laura hanya bisa saling diam menyaksikan pemandangan sahabat mereka itu.

+++

         Jam sekolah telah usai. Namun, walau jam sekolah telah usai Siswa siswi harus mengikuti kegiatan diluar jam sekolah.
        Laura, yang mengikuti kegiatan kelas musik pun dengan segera menuju Ruang musik yang berada dilantai dasar sekolah ini. Ia berjalan menelusiuri lorong koridor sekolah, namun tanpa sengaja ia melihat pintu lapangan basket Indoor terbuka dan disana terdengar sorak sorai yang sangat meriah. Dengan perasaan penasaran Tim siapa saja yang tengah tanding saat ini, Laura menyempatkan untuk masuk ke dalam ruangan itu.
       Setelah dilihat ternyata kali ini Tim Justin sedang mengadakan latihan. Namun, walaupun ini hanya latihan, tetap saja lapangan Indoor ini penuh dengan para penonton yang dominan adalah gadis-gadis. Wajarlah.. Tim yang satu ini boleh dibilang adalah tim yang sangat diidolakan oleh para siswi disini, selain tim ini digawangi oleh Justin disini juga ada Harry, Avan,  Daniel, Gray, dan lainnya

       Karena merasa ini masih terlalu cepat untuk masuk ke kelas musik, Laura memutuskan untuk melihat latihan Tim Justin sebentar.

        Laura mulai larut oleh tontonannya saat ini hingga ia lupa jika seharusnya ia sudah harus pergi ke kelas musik. Ia pun melirik ke arah jam tangannya dan jam sudah menunjukan pukul 14.56 dan itu artinya dia akan terlambat. Dengan segera dia berlari keluar dari lapangan basket Indoor itu menuju ruang Musik.

---

      Ketika sampai diruang musik..
         "Maaf Madam aku terlam.."
belum sempat melanjutkan perkataannya Laura sudah memasang wajah bingung dan merasa aneh. Jelas saja, entah mengapa ruangan yang biasanya sudah dipenenuhi oleh banyak orang kini sepi seperti sebuah pemakaman. Hanya ada sebuah Piano hitam kelasik, alat musik yang biasanya Madam Lauren (guru musik Laura) gunakan untuk mengiringi muritnya dan beberapa alat musik lainnya di ruangan ini. 
             Laura memberanikan diri duduk di bangku pemain piano itu dan salah satu jarinya menekan salah satu not yang ada di piano tsb. Kini sepuluh jari Laura sudah ada di Not dan dengan lentik serta lihai jari-jari itu menari-nari di Not itu hingga menghasilkan sebuah nada.. Mulut Laura juga kini sudah mulai terbuka, ia mulai bernyanyi


I’ve always been the kind of girl
That hid my face
So afraid to tell the world
What I’ve got to say
But I have this dream
Right inside of me
I’m gonna let it show
It’s time to let you know

to let you know

This is real
This is me
I’m exactly where I’m supposed to be now
Gonna let light shine on me

Now I’ve found who I am
There’s no way to hold it in
No more hiding who I wanna be
This is me


Do you know what it’s like
To feel so in the dark
To dream about a life
Where you’re the shining star
Even though it seems
Like it’s too far away
I’ve got to believe in myself
It’s the only way


This is real
This is me
I’m exactly where I’m supposed to be now
Gonna let light shine on me
Now I’ve found who I am
There’s no way to hold it in
No more hiding who I wanna be
This is me

....
....
Justin pov

       Huft.. Lelah sekali. Sial sekali aku harus bermain kucing-kucingan bersama para gadis-gadis itu. Haa.. mereka menyusahkan.

         Hay, tunggu. Suara indah apa itu? Seseorang sedang bernyanyi? Indah sekali suara dan nyanyiannya,, Aku suka..
           Ku ikuti asal suara dan ternyata itu bersumber dari ruang musik. Ku dekati ruangan itu, kulihat dari jendela ada seorang gadis yang tengah bernyanyi sendirian didalam sana. Namun wajahnya tak terlihat karena terhalang oleh rambut coklatnya yang indah. Baru saja ingin ku dekati pintu masuk ruang musik itu, tiba-tiba..


                "Oh.. Itu Justin!" triak seorang gadis,
ku lihat kearah kekerumunan gadis-gadis yang tengah berlari ke arahku. Oh shit! Ini hal yang sangat membuatku muak.. Ku belari menghindari para gadis2 itu


Laura Pov

      Suara langkah kaki cepat nan banyak dan menyerukan nama Justin terdengar dari luar membuat permainan pianoku terhenti. Apa Justin? Justin ada di dekat sini? Ah sudahlah.. hanya lewat. Ku lirik jam tanganku ini sudah pukul 15.15.. Mungkin latihan diliburkan. Ya sudahlah aku pulang saja.

Justin pov

       Akhirnya aku dapat benar-benar terbebas dari gadis-gadis itu. Aku heran, aku bukan artis ataupun superstar tapi knp aku diperlakukan seperti aku adalah seorang superstar?

Aku berlari kembali keruang musik melihat siapa tau gadis itu masih disana.          Oh ya aku lupa.. Gadis itu, aku belum melihat siapa gadis itu. Siapa gadis yang memiliki suara indah itu. Ku masuk ke ruangan itu, tapi yang aku dapatkan hanya piano klasik hitam yang dimainkan oleh gadis itu.

"Hallo.. Anybody here?"  Seruku
Tak ada yang menjawab. Tak ada seorangpun disini, ia sudah pergi.. Oh sial! Jika saja tak ada gadis-gadis diluar tadi aku bisa tahu siapa gadis itu... Argh Shit!


                                                 Laura Morina Anguilera Avanger..

                                                             Laura Playing Piano..

Senin, 06 Februari 2012

marry me under the mistletoe #part16

Sharron Pov

Begitu berat rasanya jika aku harus meninggalkan kota Ontario, kota kecil dan berkependudukan sedikit yang penuh kenangan cintaku. Aku menuntaskan pemeriksaan Imigrasiku, lalu segera pergi keruang tunggu. Oh god, hatiku berkecemuruk, aku benar2 tidak bisa meninggalkan kota ini dan Justin. Aku masih mau di samping Justin, menikmati setiap jengkal sentuhan darinya. Aku bisa gila jika harus menjalani hubungan jarak jauh dengnnnya..

Ku ronggah tasku seraya terus berjalan, mencari-cari dimana ponselku
"U'uh.. dimana ponselku, kenapa tidak ada" gerutuku kesal.
Dan tiba-tiba saja, saat aku terus berjalan dan fokus menjari ponselku yang tak ku temukan..

'BRAK'

Aku menabrak seseorang. Tasku dan barang-barang orang yang kutabrak jatuh berserakan.
"A'am.. Maaf.. Maaf" sesalku  merapihkan barangku dan barangnya, ia menyetarakan tubuhku dan membereskan kertas-kertas yang berserakan jatuh.

"Kau tidak punya mata ya!" bentak pria itu dan setelah itu bangkit, akupun juga bangkit.
"Maaf aku tak sengaja.. Maaf.." sesalku
"Lain kali pergunakan matamu dengan baik!" ucap pria muda yang mungkin tak jauh denganku, tinggi, putih, berambut hitam, dan gayanya sedikit fashionable dalam balutan jas kerja lengkap dan membawa tas kerja, seperti menunjukan dia adalah seorang businessman.

Aku sedikit kesal dengan kata-katanya yang menurutku tidak tau etika itu. Apa dia tidak dengar jika aku sudah minta maaf? apa pendengarannya tersumbat sehingga tidak mendengar aku minta maah? apakah dia tidak tahu aku siapa?

"Maaf  Tuan. Tapi, apakah kau tidak dengar aku sudah minta maaf kepadamu!? Jadi aku rasa kau tidak pantas membentakku dan apalagi aku adalah seorang wanita. Apa kau tidak malu membentak seorang wanita didepan umum?" Akupun menjadi kesal dibuatnya

"Cih, kau memang harus dibentak agar tidak teledor lagi nona.." ledeknya dengan ekspresi seperti melecehkan

"Hay! Hati-hati kau jika bicara! Apa kau tidak tahu aku siapa hah!?" Akupun sudah mulai naik pitam
"Ya, aku tahu kau siapa! Kau yang berciuman didepan batas antara pengantar dan penumpang bukan? hah, aku rasa kau yang lebih tidak tahu malu noma" ketusnya

Mataku membesar ketika ia berbicara seperti itu, membuatku sedikit salah tingkah "Hay!k..kau.. kau.. uuh.. Kau pengusaha bukan? Apa nama perusahaanmu?!"

"Mau apa kau menanyakan itu?! sungguh tidak penting" Pria itu meninggalkanku dengan cepat aku pun berteriak
"Hay! HAY! jawab aku! Aku bisa membuat perusahaanmu itu mati bodoh!" gerutuku, tapi percuma karena pria itu tetap berjalan lurus dan tak menengok kearahku, awas saja jika aku bertemu dengannya lagi..

---

Sudah kurang lebih 1 jam aku ada di ruang tunggu bandara. Aku merasa bosan. Apalagi ditambah bertemu dengan pria yang kurang ajar itu, moodku jadi jelek dibuatnya.

+++

Petugas sudah mempersilahkan seluruh penumpang termaksud aku masuk kedalam kabin pesawat. Tapi, pemandangan tidak enak terjadi ketika aku baru saja ingin mengantri untuk masuk pesawat. Ada seorang pria yang sedang marah-marah tidak jelas kepada petugas, ia tampak seperti sedang menuntut sesuatu atau lainnya. Insiden ini membuat antrian para penumpang yang ingin masuk kedalam pesawat terhenti.

Dengan geram ku hampiri ketempat petugas.
"Ada apa ini? apa kalian tidak lihat para penumpang sudah mengantri? bagaimana keprofesionalan kalian sebagai petugas bandara?" geramku kepada petugas.

"Maaf Nona, tapi kami mohon kembali kebarisan anda.. Kami akan menyelesaikannya..." jelas seorang petugas yang memiliki perawakan gemuk dan berkulit hitam

"Cepat upgrade tempat dudukku! Aku membayar sesuai dengan harga executive class, tapi kenapa aku diberi nomor kursi Ekonomi class!" omel pria yang sedang bersiteru dengan petugas

"Maaf tuan, tapi di data kami anda membayar dengan tarif Economi class. Namun, jika anda ingin executive class anda harus membayar lagi tuan" jelas sang petugas

"Aku tak mau tahu! aku sudah membayar sesuai dengan tarif Executive class!"

Aku melihat wajah pria yang sedang marah-marah itu. Oh wait,  dia..dia.. pria yang menabrakku barusan,
"Kau?!" gumamku, lelaki itu bergedik ketika melihatku "hah, kau lagi.."katanya dengan ekspresi malas

"Cih.. Ternyata kau benar-benar tak tahu etika ya tuan. Marah-marah sampai membuat orang lain terganggu atas sikapmu! " ledekku
"Diam kau!"

"Sir, tolong upgrade orang ini.. Bayarannya masukan saja ke tagihan Rescopzer group" kataku kepada petugas
"baik nona" turut petugas itu

"Tidak! aku tidak perlu bantuanmu!" tolak lelaki itu
"Diam saja kau! apa kau tidak tahu jadwal keberangkatan terunduur karena kau!" bentakku
"Maaf nona, tapi aku bisa bayar sendiri semua kebutuhanku! aku tak minta kau membayar tiket pesawatku, karena aku bisa membayarnya sendiri!" dengan sombong laki-laki itu tetap bersih keras menolak tawaranku

"Masukan semua tagihan bayaran kekurangannya ke tagihan Georgi's group.." sambung pria itu kepada petugas
"Cih.. sombong sekali sikapmu itu tuan!" ledekku dengan nada mengejek


Akhirnya semua sudah ada di dalam kabin pesawat. Perasaanku yang tadinya sudah buruk ditambah buruk lagi oleh yang satu ini. Huh, kenapa pria ini harus duduk disampingku!? menjengkelkan sekali!

"Jaga jarakmu denganku!" ucapku judes dengan pria itu
"Tentu saja, aku juga tak ingin berdekatan dengan wanita aneh sepertimu!"

Ku acuhkan dia dan membuang mukaku ke arah jendela sampai pesawat lepas landas