birth

More Info:: http://fantasticstory-fantastic.blogspot.com/2011/11/bagaimana-cara-membuat-icon-burung.html

Rabu, 21 Maret 2012

You always be mine #part4

Justin Pov

   
     "Kapan kau akan pergi?" Kataku yang kini tengah duduk di pinggiran danau sekolah yang tak jauh dari lantai dansa Outdoor bersama Selena

   "Aku akan berangkat tanggal 26.."  jawab selena memandang lurus kedepan seraya melemparkan batu yang ada di tangannya ke arah danau

     "That would be..--"
       "Sunday."
    "Are you really serious to go? you bear to leave me alone?"
        "Im sorry. But yeah im so very serious to go.. This is the best for me.." 
   
       "Jadi, inikah yang kau inginkan selama ini?"

    "Yeah inilah yang aku inginkan sejak dulu kak. Menghabiskan hidupku yang singkat ini bersama para sesama pemilik hidup yang singkat" jawab selena melihat kearahku, aku menengokan wajahku. 

       "Cih.. Kau tahu. Kau ini terlalu bodoh untuk menentukan sebuah keinginan.." Celaku 

  "Apa maksudmu..?"
 
   "Ayolah Sel, disini masih banyak rumah kanker yang bagus untuk kau singgahi. Tak perlu kau harus pergi ke Italia hanya demi lari dari sebuah kenyataan.." Kataku.

Selena menunduk dan ia terkekeh kecil hingga pada akhirnya ia kembali menatap lurus ke arah danau yg memantulkan cahaya bulan dan cahaya lampu penerangan..


       "Aku hanya tak ingin terlalu merepotkan semua orang kak.. Terutama Mom, dad, kakak, Jazzy dan juga Jaxson. Kakak ingat, setiap penyakitku ini kambuh semua orang yang ada dirumah selalu dibuat panik olehku. Mereka selalu direpotkan karena aku yang harus terus bolak balik ke rumah sakit" 

     "Itulah fungsinya kau tinggal ditengah sebuah keluarga!"
   "Tapi dirumah kanker aku bisa mendapatkan penanganan lebih! dan selain itu aku juga bisa saling bersosialisasi bersama sesama pengidam kanker darah kak"
       
Aku hanya dapat terdiam. mempererat kepalan tanganku sampai-sampai berkeringat. Percuma aku terus menerus membujuknya agar tidak pergi, dia orang yang terlalu keras kepala untuk dibujuk. 

           "Okay.. jika keputusanmu sudah sangat bulat untuk pergi. Aku tak dapat menghalangimu lagi. Tapi, kau boleh pergi jika dengan dua syarat..." 

     "Apa itu?"

  "Yang pertama kau harus berjanji, dengan kau ada di rumah kanker nanti keadaanmu harus lebih membaik dari keadaanmu saat ini, dan yang kedua, kau harus tetap menghubungiku setiap harinya, memberitahuku bagaimana perkembanganmu selama disana..okay?" kataku seraya mengacungkan jari kelingkingku ke arah selena



      "Yeah.. Okay. Im promise..
selena menyatukan kelingkingnya ke kelingkingku


         "awas saja kau ingkari janjimu.. Aku akan menyuruhmu untuk segera kembali ke California saat itu juga.."
       "Ya.. hehe.. Terima kasih kau telah menjadi kakak yang baik untukku.. I love you" 
Selena memelukku sangat erat, dan tak lama setetes air membasahi pundakku. Aku membalas pelukan hangat dari salah satu adik tersayangku ini. 
          "Yeah.. Love you too.."


+++


         Aku dan selena kembali ke dalam, kembali membaur bersama teman-teman kami masing-masing. 
            Kami tak ingin terlalu lama ada diluar, karena selain angin malam tak cocok bagi selena, kami juga tak ingin ada yang salah paham karena melihat kami berdua tengah berduaan di tengah danau. Karena jujur saja selama ini satu sekolah kecuali para dewan guru tak ada yang tahu jika kami ini adalah saudara. 
         
----
       Aku berkeliling ke sekitar sekolah yang sepi ini. Berjalan-jalan entah ingin kemana tujuannya, hingga pada akhirnya aku melihat cahaya dari sebuah ruangan. Kenapa ruangan itu tak dimatikan lampunya? 
       Ku dekati ruangan itu, semakin dekat pada ruangan terdengar lantunan piano dan senandung suara indah yang tengah menyanyikan lagu 'You Can dari David Archuleta' . Semakin dekat aku dng ruangan itu semakin aku mengenal suara itu. Dari kaca terlihat seorang gadis berambut coklat dan bergaun pink sedang bermain piano di sana. Tunggu, apakah itu gadis yang kemarin? sepertinya iya.. 


       "Hay.." Sapaku ketika masuk ke dalam ruangan. Permainan pianonya dan suaranya berhenti 


"Kenapa berhenti? Lanjutkan saja.. Aku suka." Kataku seraya berjalan mendekati gadis yang masih belum jelas rupanya itu. 



~Laura Pov


        Astaga.. 
Suara itu, jangan bilang kalau....
Dengan perlahan ku beranikan diriku menoleh ke arah belakang. Terlihat sepasang sepatu supra berwarna abu-abu, lalu sedikit mendongak keatas terlihat celana bahan dan setelan jas modis dengan warna yang serasi dan.... 


    Astaga!!
Dengan segera ku kembalikan wajahku. 
 
      "Hay.. Kau tak dengar aku? Kenapa berhenti..? Lanjutkan saja.. Aku suka suaramu. Oh ya, anyway kau yang kemarin latihan bernyanyi disini juga kan?" Tanya Justin yang sepertinya berjalan semakin dekat ke arahku.

      Jantungku berdegub kencang. Astaga.. Astaga..astaga.. bagaimana ini? Aku belum siap untuk.. untuk.. arggh bagaimana ini. Ayo laura, berfikir.. 

           "Hay..? Aku bertanya kepadamu kenapa kau tak menjawabnya?" Tangan justin memegang bahuku yang terbuka dan tak menggunakan sehelai benangpun 

         "Aam.. Maaf aku harus pergi" kataku dengan suara yang dibuat-buat agar justin tak curiga dan segera berjalan meloloskan diri, namun saat itu juga tanganku di tarik oleh Justin hingga membuatku jatuh ke dalam dekapannya. 

          Pandangan mata kami saling bertemu, melekat satu sama lain. Jantungku yang sedari tadi berdegup kencang malah bertambah kencang. Oh shit!



~Justin pov


Deg!

Matanya.. Mata biru nan indah, mengingatkanku pada mata.... mata.. 'seseorang'
           "Matamu indah.." Pujiku. Kata-kata itu keluar dengan sendirinya, entah kenapa kata-kata itu bisa keluar dari mulutku


~ Author pov

Deg!

Tubuh Laura sudah tak sanggup menopang jantungnya yang sudah berdegub seperti bom yang ingin meledak! 


Dengan segera Laura stabilkan tubuhnya hingga berdiri tegap dengan sempurna. 
     "Maaf aku harus pergi" 
Secepat kilat Laura lari keluar ruangan musik itu, hingga tanpa sadar kalung yang berinisialkan huruf depan namanya terjatuh saat ia berlari.


        "Hay Tunggu!" cegah Justin namun sayangnya lari Laura lebih cepat. 
Justin melangkah beberapa langkah namun tanpa sengaja ia merasakan menginjak sesuatu, ia melihat ke balik sepatunya ternyata disana terdapat kalung berinisial 'L' ia mengambil kalung itu 


       "Kalung? 'L'.. Siapa gadis itu sebenarnya?" 
Gumam Justin

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar